MENU
SEARCH KNOWLEDGE

Dyah Ayu Ardana, Mahasiswa Berumur 15 Tahun yang Gagal SNBP Tapi Berhasil Masuk FKUI

 · 
2 min read
 · 
eye 955  
Social Media

redcomm

Saat sebagian besar remaja seusianya masih berada di bangku SMA, Dyah Ayu Ardhana, gadis asal Bogor, telah berhasil memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) pada usia 15 tahun.

Ardha, sapaan akrabnya, menjadi bahan pembicaraan hangat setelah prestasinya ini diumumkan. Hanya sehari setelah pengumuman SNBT 2023, pihak universitas langsung menghubunginya untuk wawancara. 

FKUI merupakan fakultas yang sangat diminati tahun ini, dengan jumlah pendaftar mencapai 3.827 orang untuk hanya 75 tempat.

Awalnya, Ardha merasa ragu mengenai kemampuannya untuk diterima di FKUI. Dia sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan masuk ke pilihan keduanya, yaitu FK UPN "Veteran" Jakarta, karena teman-temannya yang mendapatkan nilai uji coba lebih tinggi juga berambisi masuk FKUI.

"Aku senang tapi bingung juga. Setelah mengikuti UTBK, aku merasa sedih karena kesulitan pada bagian penalaran matematika," tutur Ardha. "Jadi, ketika pilihan pertama jatuh pada FKUI, aku sangat kaget."

Leganya gagal SNBP

Sebelum akhirnya berhasil melalui seleksi ketat untuk masuk FKUI, Ardha sempat mengalami kegagalan pada jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Pada jalur ini, dia memilih FK Universitas Padjadjaran (Unpad) dan FK Universitas Diponegoro (Undip).

"Aku tidak berani memilih FKUI pada SNBP. Pertama, karena di sekolahku jarang yang bisa masuk UI melalui jalur ini. Kedua, teman-temanku yang memiliki nilai lebih tinggi sudah memilih UI, jadi aku memilih fakultas lain," jelas Ardha.

Meski mengalami kegagalan, Ardha merasa lega karena mendapat kesempatan untuk mencoba lagi melalui UTBK – SNBT. 

"Sejujurnya, aku merasa agak lega karena diberi kesempatan untuk mencoba masuk UI melalui jalur ini. Jika diterima pada SNBP, aku tidak akan bisa mencoba masuk UI. Jadi, setelah kegagalan itu, aku hanya merasa sedih sehari, dan pada hari berikutnya langsung fokus belajar di lembaga bimbingan," ungkapnya.

Kiat belajar untuk UTBK

Pendekatan belajar Ardha untuk UTBK sebagian besar mengikuti sistem di lembaga bimbingan. Dia mengikuti kelas bimbingan di lembaga Prosus Inten sejak semester pertama kelas 12 hingga UTBK. 

Paket bimbingan yang diikutinya mencakup sesi intensif UTBK dan persiapan ujian mandiri tertulis.

Sementara itu, kiat pribadinya dalam belajar efektif untuk ujian adalah dengan mengerjakan latihan soal, mengejar materi yang belum dipahami, dan aktif mengikuti uji coba. 

Setiap bulan, dia mengikuti uji coba di lembaga bimbingan, ditambah dengan uji coba daring dan mandiri.

"Alhamdulillah, karena sudah terbiasa dengan uji coba, aku merasa lebih tenang saat menghadapi UTBK. Manajemen waktu adalah kunci, aku menyelesaikan soal yang bisa aku kerjakan terlebih dahulu, baru kemudian yang lebih sulit," cerita Ardha.

Bagi Ardha, manajemen waktu dan pemahaman ulang terhadap materi yang sulit adalah kunci sukses. Waktu belajar UTBK bagi siswa kelas 12 terbatas, sehingga tidak efektif untuk mempelajari semua materi dari awal.

"Aku lebih mengedepankan kualitas dibanding kuantitas. Banyak yang rajin mengikuti uji coba setiap hari, tetapi tidak melihat kembali kesalahan-kesalahan mereka. Aku lebih fokus pada berapa jam belajar yang bermanfaat, bukan hanya seberapa lama belajar," tegas Ardha.

Hampir berpindah jurusan

Sejak duduk di bangku SD, Ardha sudah mengenal FKUI dari materi sejarah tentang Kebangkitan Nasional yang membahas tentang STOVIA, sekolah pendidikan dokter yang sekarang telah menjadi FKUI. 

Namun, dari SD hingga SMA, impian Ardha tidak selalu hanya dalam bidang kedokteran, tapi juga berganti-ganti. Bahkan saat dia sudah kelas 12 SMA, dia hampir berpindah jurusan.

"Ketika masih kecil, karena aku suka berbicara dan terinspirasi dari radio, aku ingin menjadi pembawa acara atau penyiar radio. Itulah sebabnya saat masih kecil, aku berminat di bidang ilmu komunikasi," kenang Ardha. "Namun ketika di SMA, aku sempat berpikir untuk berpindah ke bidang hukum."

Minat Ardha di bidang hukum dipicu oleh keinginannya untuk memberikan kontribusi kepada hukum di Indonesia. Dia tertarik karena profesi di bidang ini melibatkan interaksi dengan banyak orang, sesuatu yang dia nikmati. 

Dia juga melihat prospek pekerjaan yang cerah, karena bidang hukum selalu relevan dan memerlukan ahli.

Akhirnya, Ardha mantap memilih bidang kedokteran sebagai tujuan utamanya, dibandingkan dengan minat yang berubah-ubah. Motivasinya yang kuat datang dari ayahnya yang telah meninggal.

"Mungkin dorongan kuat itu berasal dari pengalaman melihat ayahku meninggal saat aku kecil. Dan juga melihat kurangnya edukasi kesehatan di masyarakat," paparnya. "Dengan menjadi dokter, aku berpikir bisa menjadi jembatan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dan turut menangani masalah kesehatan."

SUBSCRIBE NOW

RELATED TOPICS:

DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU

SUBSCRIBE NEWSLETTER